Sepasang Bola Mata (Aku Rindu, Aku Malu)


Tidak pernah hilang dalam pandangan,
Sepasang bola mata dengan sorotnya yang tajam jatuh tepat dipelupuk mataku.
Kala itu, aku berdiri dihadapannya.
Sedang ia, duduk tegap tepat dihadapanku.
Kini, sepotong senja kembali mengingatkan ku dengan tatapan tajam itu.
Lewat biasnya yang dengan tega berbisik tentang kerinduan.
Apa kabarmu?
Mungkinkah kita berada pada rindu dan domain waktu yang sama?

Dan tentang tatapmu itu...
Kalau kamu mengagumi caraku berpuisi,
Maka, aku mengagumi caramu menatapku, ketika berpuisi.
Indah dan sederhana bukan?

Aku rindu, aku malu.

-Della Syariyana-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matahari dan Bulan dalam Filosofi

Tuhan Tak Pernah "Menyuruh" Pergi

Filosofi Mawar di Kanan Khimar