#Jawaban



Mengenai postingan yang sebelumnya, tentang “Cinta dalam Diam”, ternyata ada komentar menarik dari beberapa teman yang tidak setuju. Oke, akan saya bahas di postingan ini yaa..

“Cinta dalam Diam” yang dimaksud pada postingan sebelumnya, itu saya tunjukkan untuk diri saya sebenarnya. Saya pernah membaca sebuah pepatah yang mengatakan bahwa :

Jika kamu tak seberani Khadijah yang lebih dahulu megungkapkan rasa kepada Rasulullah karena menyukai akhlaknya, jadilah seperti Fatimah yang menanti Ali datang melamar.”

Nah, dalam hal ini saya berada pada posisi seperti Fatimah yang hanya bisa mengagumi sosok Ali. Saya tidak bisa menjadi seperti Khadijah yang langsung mengungkapkan rasa kagumnya kepada Rasulullah.

“Berarti rasa itu akan terus membekas sampai kamu punya suami Del? Egois ga?”

Waduh, dalam banget pertanyaannya ya.. yuhuuu

Coba deh dibaca lagi kalimat-kalimat akhir di potingan saya yang kemarin.

Jika memang dia bukan milikmu, waktu akan menghapus ‘cinta dalam diam mu’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dengan orang yang tepat dan menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik Hatimu.”

Saya rasa jawabannya sudah jelas :)

Kalau memang dia bukan suami saya di masa depan, berarti suami saya di masa depan adalah seseorang yang memberi rasa yag lebih indah dibandingkan dengan sosok yang saya kagumi. Pun kalau orang yang saya kagumi menjadi suami saya di masa depan, ya itu sih rejeki saya. Hahaha..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Matahari dan Bulan dalam Filosofi

Tuhan Tak Pernah "Menyuruh" Pergi

Filosofi Mawar di Kanan Khimar